Wednesday, August 13, 2008

Si Ade kena ISK














Kira-kira seminggu yang lalu kami merasa kasihan sama si Ade (panggilan buat Auzy, anak ke-dua ku) yang berumur 3 tahun. Kalo pipis suka susah dan merasa sakit. Saat itu karena tak tahan mendengar rintihannya, ade kami bawa ke rumah sakit di Bekasi. Dokter yang menanganinya dokter perempuan. Kami ungkapkan keluhannya selama ini, dan dokter mengetahui bahwa ini adalah penyakit ISK (infeksi saluran kemih). Dokter bilang penyebabnya antara lain karena kuman dari kotoran bercampur ke air seni dan saat cebok masuk lewat jalur depan dan bisa mengakibatkan infeksi. Memang saat itu si ade masih suka pakai popok, terutama saat dia mau tidur. Popok kami pakaikan karena si Ade kebiasaan mimi susu sebelum tidur. Bahkan saat menjelang subuh pun dia minta dibuatkan susu. Pastilah akan banyak ompol yang akan tergenang di tempat tidurnya kalau tidak pakai popok. Satulagi kebiasaan dia, kalau mau pup engga pernah bilang terus terang, tau-taunya udah pup aja... Jadi kami gak tahu kalau dia pup dalam popok dan kumannya masuk ke jalur seninya.


Dokter kemudian menganjurkankami untuk test lab dalam bentuk "tes kultur". Test kultur akan berupaya melihat perkembangan kuman yang keluar dari seni seseorang dan diuji kekebalannya terhadap obat-obatan antibiotik tertentu. Baik, akhirnya kami menerima putusan dokter dan membawa surat pengantar ke lab. Disamping itu dokter juga memberi ade obat-obatan dengan dosis yang pas untuk seusianya. Ah, ternyata tert lab hasilnya baru bisa didapat seminggu lagi, ya tepatnya kemarin. Tapi.. dasar anak kecil, sia Ade seneng banget diajak ke dokter. Belum disuruh naik periksa, eh dia udah naik duluan di tempat di bed periksa, sambil cengar-cengir genit. Selalu begitu asal diajak ke dokter. Memang anak kami ini jiwanya periang, kalau becanda sama kami selalu ketwa terbahak-bahak. Sayangnya dia juga agak cengeng kalo kesakitan, khsususnya kalo pipis seperti saat ini.

Seminggu berlalu, hasilnya kami peroleh dalam amplop. Kami daftar ke rumah sakit yang sama di Bekasi dan dengan dokter yang sama. Masuk ruang dokter, si Ade seneeng banget, walaupun tadinya di rumah meringis melulu kesakitan. "Haloo dokter..." kata si Ade. Dokterpun menyapa "Haloo sayaang...". "Ade cakit nih..." lanjut si Ade. "Oke, yu naik yu ke atas nanti dokter periksa..." Sambil menempelkan stetoskop dokter pun menyapa si Ade.
lalu amplop hasil test lab dibuka oleh dokter. Dokter megernyitkan dahinya seperti menampakkan kecemasan. Kami menanyakan hasilnya kepada dokter. Dokterpun bilang ternyata si Ade positif ISK. Lebih gawatnya lagi kuman yang ditemukan sejenis escheria coli yang ditemukan pada penderita diare..! Masya Allah..! Gawatnya lagi, kuman itu kebal sama beberapa obat antibiotik yang biasa diminum. Dokter memperlihatkan beberapa obat antibiotik yang sudah tidak mempan lagi terhadap si kuman. Dan dokterpun memperlihatkan daftar obat antibiotik yang masih bisa mempan terhadap kuman itu. Kalau gak salah ada sekitar 10 an. TAPI...Tapi... semuanya berrbentuk obat cair yang mesti disuntikkan ke tubuh anakku.!!!


"YA ALLAH, dosa apa yang telah kuperbuat hingga anakku menderita seperti ini..!" teriakku dalam hati. Dokterpun menganjurkan agar si ade dirawat di rumah sakit itu selama 3 hari dan disuntik antibiotik cair 3 x sehari . Aduh, pastinya bakal kasihan si Ade kesakitan dan jenuh dirawat, 3 hari ...!


Panik dalam hati kami. si Abang (panggilan untuk anakku yang pertama, Aufi) bahkan menangis terisak-isak mendengar adiknya yang harus dirawat. Dia merasa iba sama adiknya, begitu juga kami yang dalam hati luluh lantak tak berdaya meghadapi kenyataan ini. Tapi untunglah, adikku - Tuti - adalah seorang perawat di salh satu rumah sakit besar di Bekasi lainnya. Dia akhirnya menganjurkan untuk tidak mengikuti anjuran dokter perempuan tadi. Karena menurut pengalamannya, anak sekecil itu pasti gak tahan terhadap suntikan yang bertubi-tubi walaupun menggunakan "vein-plon" yaitu sejenis selang yang ditancapkan di anggota tubuh pasien, sehinggajika disuntk tudak terlalu sakit.

Keesokan harinya, Senin, 11 Agustus 2008 kami bertemu dengan adik-ku Tuti di rumah sakit besar di Bekasi tempat dia dulu bekerja. Dengan antrian yang awal kami mendaftar lagi. Dokter yang kami temuai lain lagi. Seorang Dokter anak tua yang sudah berpengalaman di bidangnya dan sudah lama bekerja di rumah sakit itu. Orangnya santai dengan rambut yang sudah memutih tapi masih nampak segar. Antrian kami pun telah sampai dan kami diterima dengan ramahnya oleh dokter itu. Tuti menceritakan kronologis dan kondisi penyakit yang diderita oleh Ade. Kamipun memperlihatkan hasil test lab terdahulu sambil menguraikan anjuran dokter terdahulu. Ternyata dokter ini memang lebih senior dari dokter perempuan itu. Dengan pengalamannya dia mengatakan bahwa di Ade masih dalam tahap awal infeksi dan masih bisa mngkonsumsi obat antibiotik minum. Dan alhamdulillah, si Ade belum perlu disuntik serta masih bisa berobat jalan saja (tidak perlu menginap). SYUKKUR ALHAMDULILLAH... kami bernafas lega akhirnya. Kami sudah membayangkan penderitaan si ade kalau sampai dia dirawat. Apalagi di rumah kami tak punya pembantu, sehingga kalau bundanya pergi merawat Ade di RS, praktis si Aufi sendirian di rumah... Syukur, masih ada jalan buat kami dan Ade.

Setelah hari itu kami mulai membiasakan si Ade tanpa popok dan membatasi mimi susunya yang diberi saat akan tidur. Hari ini, akau meninggalkan keluarga di rumah dengan wanti-wanti sama bundanya agar disiplin yang baru ini terus dijalankan plus, obat- antibiotiknya yang mesti habis. Kemarin sih sepulang dari rumah sakit sempat kami coba si Ade tidak pakai popok saat mau tidur. Tapi yang kami kuatirkan terjadi, ngompolnya berserakan dan kami berjuang untuk bangun beberapa kali saat si Ade menangis gak betah karena ompol. Kami bersihkan tempat tidurnya, mencebokinya dengan tangan yang sudah kami sabun antiseptik, serta menyiapkan tempat tidurnya kembali. Lelah memang apalagi slepas bekerja dan kami butuh istirahat. Tapi, ini semua demi kesehatan si kecil, kami rela berkorban kok buat kepentingan keluarga kecil ini. Terima kasih Tuhan..

1 comment:

Anonymous said...

All I can say is nothing because your blog is not interesting to read.