Wednesday, February 24, 2010

Cobaan berat


28 Desember 2009, adalah hari yang memilukan. Papa kami telah berpulang ke rahmatullah setelah sekian lama sakit yang berkepanjangan. Pasca stroke itu papa mulai turun aktivitasnya, hanya bisa duduk dan tidur. Sepanjang sakitnya, Tuti, adikku selalu mendampinginya untuk urusan kesehatan karena memang dia adalah seorang perawat. Sebelum hari itu, papa sering kita bawa berobat, baik ke rumah sakit dan alternatif. Sehari sebelum beliau wafat kami berniat untuk membawa papa ke Rawamangun untuk pengobatan alternatif pasca Stroke. Tapi sayang, tempat itu tidak menerima pasien yang sudah dalam keadaan yang menurun. Saat-saat terakhir papa tidak lagi mengkonsumsi makanan secara oral melainkan dengan bantuan selang.

Kesedihan pada hari itu adalah saat perjalananku menuju Samsat Jakarta Utaradari Bekasi jam 1 siang via tol Cawang, aku mendapat telepon dari Linda adikku, nafas papa sudah agak sesak dan aktifitasnya semakin menurun. Tanpa fikir panjang langsung mobil kuarahkan ke Cilincing, rumah kami di Jakarta Utara. Hati ini sungguh tidak menentu, bayangan kesedihan semakin memuncak membayangkan kondisi papa saat itu. Selama ini kuakui jarang aku berkomunikasi intens sama papa.

Sesampainya di rumah, aku dapati adikku Tuti, Ucha, Linda dan mama sedang mendampingi papa dalam suasana penuh kesedihan dan tangisan. Saat itu tidak ada kata-kata yang dapat terucap kecuali tangis dalam hati membayangkan yang terburuk dalam kondisi papa seperti itu. Nafasnya sudah sangat tersengal dan mulai kaki sampai dadanya sudah dingin. Dokter kupanggil untuk memastikan kesehatan papa saat itu. Sementara kupanggil dokter dan membawanya ke rumah, ternyata Tuhan telah memanggil papa lebih dulu. Sesampainya Ibu dokter di rumah, papa sudah tidak ada. Dokter menyatakan papa sudah wafat beberapa menit sebelum pukul 2 siang. Tapi dalam pernyataannya kemudian papa dinyatakan wafat pukul 2 siang. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun....

Belumlah genap bakti-ku sebagai anak buat orang tuanya. Masih banyak dosa yang telah kuperbuat kepadanya yang belum termaafkan dan termaklumi... Itulah mengapa semua proses terakhir untuknya coba kutunaikan bersama adik-adikku. Mulai urusan RT, RW, Kelurahan hingga pemakaman. Semakin lengkap kehadiran kami bersaudara setelah malamnya Seno dan kakek Haji Palaloi datang dari Sulawesi. Maka pemakaman dilaksanakan keesokan harinya tanggal 29 Desember 2009 dengan hati penuh duka...

Kini tinggal meneruskan apa yang telah papa perjuangkan, termasuk kehidupan bersaudara dan segenap usaha yang telah dirintisnya demi kehidupan kami... Mama, kini tumpuan rasa cinta dan kasih kami kepada orang tua, tempat mencurahkan segenap bakti kami yang belum terselesaikan. Papa, selamat jalan do'a, Fatihah, dan amal-perbuatan kami yang baik semoga membuat lapang kuburmu dan membahagiakanmu di alam sana. Miss u so much..., Mama, tidak ada lagi tempat kami berkeluh kesah, hanya kepadamu kami mengabdi dan berbakti, semoga engkau tabah menghadapi cobaan ini bersama kami..

No comments: